Gung-Gung merupakan buah yang unik mirip Strawberry,rasanyapun hampir mirip. buah ini biasanya dapat di temui di Pedesaan pada semak belukar. namun sekarang sudah sangat jarang kita temui,tapi kalau kita menyusuri rerumputan jarang jarang buah ini masih bisa kita temui. teringat masa kecil dulu,sehabis bermain dengan teman-teman masa kecil dulu suka sekali menikmati rasa buah kecil ini.apa lagi pada saat musim kemarau,mendapatkan dan mecicipi bisa untuk menghilangkan haus dan dahaga sehabis seharian bermain dengan teman permainan semasa kecil dulu.
Gung-Gung merupakan buah yang unik mirip Strawberry,rasanyapun hampir mirip. buah ini biasanya dapat di temui di Pedesaan pada semak belukar. namun sekarang sudah sangat jarang kita temui,tapi kalau kita menyusuri rerumputan jarang jarang buah ini masih bisa kita temui. teringat masa kecil dulu,sehabis bermain dengan teman-teman masa kecil dulu suka sekali menikmati rasa buah kecil ini.apa lagi pada saat musim kemarau,mendapatkan dan mecicipi bisa untuk menghilangkan haus dan dahaga sehabis seharian bermain dengan teman permainan semasa kecil dulu.
Gelung Agung atau kori Agung adalah sebuah Pintu masuk yang berbentuk candi yang berbentuk Gelung atau melingkar/kurung pada sisi atapnya. Gelung Agung atau Kuri Agung, yaitu pintu untuk keluar masuk menuju ke Mandala atau halaman berikutnya dan mandala- mandala di atasnya. Gelung Agung merupakan Pintu masuk pembatas halaman atau mandala pada suatu Pura untuk menuju ke halaman atau mandala berikutnya.
Topeng Sidakarya ritual keagamaan tradisi umat Hindu di Bali, pertunjukan Topeng Sidakarya merupakan bagian tak terpisahkan kaitannya sebagai pelengkap dalam pencapaian kesempurnaan suksesnya sebuah yadnya. Bagaimana sesungguhnya sejarah Topeng Sidakarya berkaitan dengan upacara keagamaan yang berfungsi untuk menyukseskan upacara yang sedang digelar.
Dalam sumber tertulis yang mengungkap sejarah Dalem Sidakarya adalah "Lontar Bebali Sidakarya" yang merupakan koleksi dari Ida Pedanda Gede Nyoman Gunung dari Biau, Desa Muncan, Karangasem. Secara ringkas dituturkan bahwa Ida Dalem Sidakarya adalah seorang Brahmana wulaka keturunan sakya dari Keling atau disebut dengan Brahmana Keling. Brahmana Keling ini merupakan putra dari Dang Hyang Kayu Manis yang merupakan nabe dari Ida Dalem Waturenggong yang menjadi raja di Bali yang berkedudukan di Gelgel, Klungkung.
Sebelum pergi ke Bali, Brahmana Keling pernah memimpin upacara selamatan dengan sukses di Madura. Sekembalinya ke Jawa, ketika beliau sedang asyik menikmati panorama Selat Bali, datanglah ayah beliau (Dang Hyang Kayu Manis) yang baru datang dari Gelgel, Bali, dimana Keraton Gelgel Klungkung diperintah oleh Dalem Waturenggong. Mendengarkan hal itu, maka Brahmana Keling segera pergi ke Bali. sampailah beliau di Keraton Gelgel, Klungkung. Namun Keraton Gelgel sangat sepi karena Dalem Waturenggong saat itu berada di Pura Besakih. Brahmana Keling langsung menuju Pura Besakih ingin bertemu dengan saudaranya, Dalem Waturenggong. Namun sayang sekali Brahmana ini tidak diakui sebagai saudara karena melihat pakaiannya yang compang-camping -- dikira orang gila, bahkan diusir dengan paksa.Sebelum meninggalkan Pura Besakih karena diusir, Brahmana Keling sempat mengutuk supaya upacara yang diselenggarakan tidak berhasil dan tertimpa bencana. Akhirnya Pulau Bali diserang wabah dan hama. Berkenaan dengan bencana ini, Dang Hyang Nirartha menghaturkan upakara untuk memohon keselamatan, tapi permohonan ini tidak berhasil.
Dengan kegagalan ini maka Dang Hyang Nirartha, setelah mengadakan pertemuan, baru teringat dengan Brahmana yang mengaku saudara itu, dan dusuruhlah Dalem Waturenggong untuk memanggilnya kembali. Kemudian Dalem Waturenggong mengutus rakyatnya mencari Brahmana Keling sampai ketemu, dan akhirnya Brahmana Keling dijumpai di Bandanda Negara yang sekarang disebut Desa Sidakarya dimana Pura Mutering Jagat Sidakarya berada.
Setibanya Brahmana Keling di Pura Besakih, Dalem Waturenggong memohon belas kasihannya agar Pulau Bali dikembalikan seperti semula, tidak ada bencana dan hama. Begitu pula karya atau upacara agama dapat berlangsung dengan baik, dengan janji akan menerima Brahmana Keling sebagai saudara.
sumber:hindu-indonesia.com
Pencari Kayu di Gunung Agung masih di lakukan bagi sebagian penduduk di sekitar Gunung Agung. entah untuk kebutuhan sehari hari atau untuk memenuhi kebutuhan lain yang tampa menghiraukan dampak dari kerusakan hutan di sekitar Gunung Agung. Sungguh tidak bisa di bayangkan kalau hal seperti ini sampai terus berlanjut,yang dampaknya akan di rasakan oleh hampir sebagian penduduk yang bertempat tinggal di daerah pegunungan. Banjir dan Tanah longsor pasti terus mengancam bila kesadaran merusak Alam tidak diakhiri. semoga Pencari Kayu hanya untuk kebutuhan dirinya saja hingga tampa harus merusak Alam yang berkelanjutan.
Api sering di gunakan dalam ritual keagamaan hindu Bali. salah satunya dalam yadnya atau upacara MECARU.Setiap upacara agama yang berdasarkan Veda selalu ada lima unsur yang memvisualkan nilai-nilai suci upacara agama Hindu. Lima unsur tersebut adalah Mantra, Tantra, Yantra, Yadnya dan Yoga. Yantra itu berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya alat atau sarana dalam bentuk simbol.
Dalam kitab Samhita Swara disebutkan, arti kata caru adalah cantik atau harmonis. Mengapa upacara Butha Yadnya itu disebut caru. Hal itu disebabkan salah satu tujuan Butha Yadnya adalah untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam lingkunganya. Dalam kitab Sarasamuscaya 135 disebutkan, bahwa untuk menjamin terwujudnya tujuan hidup mendapatkan Dharma, Artha, Kama dan Moksha, terlebih dahulu harus melakukan Butha Hita. Butha Hita artinya menyejahtrakan alam lingkungan.
ButhaYadnya pada hakekatnya merawat lima unsur alam yang disebut panca maha butha (tanah, air, api, udara dan ether). Kalau kelima unsur alam itu berfungsi secara alami, maka dari kelima unsur itulah lahir tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itulah sebagai bahan dasar makanan hewan dan manusia. Kalau keharmonisan kelima unsur alam itu terganggu maka fungsinya pun juga akan terganggu. Dalam Bhagawadgita III.14 disebutkan tentang proses berkembangnya makhluk hidup dari makanan. Dari hujan datangnya makanan. Hujan itu datang dari Yadnya. yadnya itu adalah Karma.
EMBUNG merupakan tempat penampungan air yang pada umumnya berbentuk bak air dalam ukuran yang cukup besar. EMBUNG Besakih terletak pada ketinggian kurang lebih 1100 mt dari permukaan laut di sebelah timur Pura Pengubengan Besakih,sebelah timur laut Pura Penataran Agung Besakih.Namun untuk saat ini Embung ini belum di manfaatkan secara maksimal karena beberapa penunjang seperti Pipa air yang belum terpasang guna mengalirkan air ke rumah penduduk setempat. Semoga keinginan penduduk setempat segera terialisasi hingga kebutuhan air bagi warga setempat dapat terpenuhi.
Langganan:
Postingan (Atom)